Rabu, 15 Agustus 2012

Menjadi Penulis Yuk - Part 1


Lima belas tahun.
Waktu yang cukup lama pastinya bagi seseorang. Terlebih lagi kalau orang itu bekerja di suatu perusahaan. Memulai karir dari nol dan mengakhiri karir sebagai senior editor di perusahaan penerbit yang cukup besar di tanah air ini.


Orang ini bagiku memiliki segudang pengalaman. Belum lagi ketika aku membuka telinga dan mendengarkan kisah, saat beliau menjadi perwakilan bagi perusahaan untuk menjadi delegasi dari Penerbit tersebut yang di kirim pada pameran buku berskala Internasional di Frankfurt yang dihadiri oleh ribuan penerbit dari berbagai belahan dunia.

Ya, saya ketemu dengan sosok ini tahun 2006, 6 tahun yang silam. Dia yang membuat hidup seorang anak ingusan dari Bengkalis Riau ini
akhirnya berubah dari salah satu bidang. Menjadi penulis regular, yang harus bersaing dengan 200 penulis dari luar dan dalam negeri, memperebutkan posisi sebagai penulis di perusahaan itu sepertinya akan menjadi dambaan setiap orang.

Mendapatkan keberhasilan untuk bisa dikenal tanpa harus mengeluarkan duit sepeserpun layaknya sebagian penulis yang ingin namanya terkenal karena masuk di penerbit ini, adalah anugrah terindah bagiku di tahun 2008. Itu kali pertamanya dalam sejarah, seorang anak muda dari Bengkalis Riau menjadi Penulis Pertama di Penerbit terbesar di Indonesia.

Namaku Febriyo Hadikesuma, biasa di panggil Bio. Ini kisah ku. Kisah dimana impian menjadi penulis akhirnya menjadi salah satu urat nadiku dan membuat aku masih bisa berbagi pengalaman ke para pembaca di seluruh Indonesia.

***

“Pak, Bapak harus berbagi ilmu dan pengalaman kepada anak muda di Indonesia. Mereka harus dikenalkan pada kondisi persaingan di dunia nyata ini. Kita harus memotivasi mereka agar mereka punya tekad yang bulat dan punya sikap yang benar saat bersaing nantinya”. Ujarku 6 tahun yang lalu kepada editor ku, akhirnya menjadi sahabat dan kolega ku.

“Ntar Yok, aku masih banyak kerjaan… coba kamu lihat, naskah yang udah nutupi setengah ruanganku ini, masih harus ku baca… Ntr aja kalo udah sela”. Jawabnya.

****

Tahun 2012

“Yok, aku sekarang udah bebas. Aku udah milih jalan seperti kamu, berbagi untuk banyak orang dan menciptakan mesin ATM, bisnis, sendiri dengan kebebasanku” ucap editorku.

“Waaaah keren Pak, kalo begitu selamat datang di dunia nyata” jawabku dengan antusias sambil tertawa kecil saat mendengar kabar bahwa beliau sudah resign dari perusahaan itu.

“Ya sudah, kalo gt kita realisasian mimpi 6 tahun lalu ya Pak, terbang ke Jogja” kataku meneruskan.

“Wah, gak bisa Yok, aku ada event untuk sharing dengan 1.000 orang… ntar aja kalo udah agak sela”. Lagi-lagi itu yang ku dengar dari handphone ku.

***

Selang beberapa bulan

“ Pak Dwi, ini udah waktunya… poster sudah tersebar, peserta sudah 50 orang, tempat sudah oke, tiket pesawat udah ready dan hotel sudah tak siapin” kataku di telp saat beliau mengangkat telephonenya.

“Gila lu Yok… aku ada kerjaan nih” balas suara di ujung telephone itu terkejut.

“Masa orang bebas masih terikat Pak… hayoolah… katanya udah bebas, kan udah jadi konsultan, ayo dong” balasku memanasinya sambil sesekali diselingi tawa.

Beberapa menit kemudian aku mendengar jawaban di telephone ku, berkata “Lu emang Gila… Oke deh, Aku berangkat” jawab beliau dengan penuh semangat sembari membalas tawaku.

Kisah sebenarnya baru akan di mulai sobat.

***

Hari itu, 27 April 2012.

Kesekian kalinya kami bertemu. Namun untuk pertemuan ini, bukan lagi penulis ketemu editor, melainkan seorang pengusaha sekaligus penulis yang bertemu dengan kolega dan sahabatnya yang dulu adalah senior editor di Perusahaan yang sudah kita bahas di awal.

“Pak, besok kita akan bicara tentang dinamika dunia tulis menulis. Aku udah lama pengen belajar lagi dari Bapak, dan kali ini, aku menyertakan 95 orang untuk ikut belajar” kataku di dalam mobil yang bergerak meninggalkan bandara.

“Banyak dari mereka yang ingin menjadi penulis, banyak dari mereka yang ragu untuk mengajukan naskah dan banyak dari mereka yang tidak PD. Besok aku akan bicara dari sisi penulis dan Bapak dari sisi “tukang seleksi” naskah” tambahku kepada sosok yang pernah malang melintang ikut serta sebagai tim seleksi naskah dan mengedit banyak naskah penulis besar di Indonesia.

Sebut saja, James Gwee, Krisdayanti, Jamil Azzaini, Jaya Setyabudi, Adi W Gunawan, Arisandi Setiono dan masih banyak penulis lainnya yang mempercayakan naskahnya dieditori hanya oleh beliau.

“Sip Yok…. Tapi sebelumnya, kita makan dulu ya… aku udah lama gak ke jogja dan makan lesehan nih” jawab beliau ketika mobil mulai memasuki batas kota Yogyakarta.

Mau tau kelanjutan dari kisah ini ?
Nantikan cerita selanjutnya, dimana beliau memberikan beberapa tips untuk menjadi penulis. Di cerita selanjutnya, beliau juga akan bercerita tentang kisah seorang penulis yang tidak percaya diri, namun hari ini buku-bukunya menjadi best seller di tanah air dalam 1 minggu dari penerbitan.
  

Mau tau kelanjutan dari kisah ini ? 
Mari bergabung dalam Group Facebook : Komunitas Mari Menulis