Waktu yang cukup lama pastinya bagi seseorang. Terlebih
lagi kalau orang itu bekerja di suatu perusahaan. Memulai karir dari nol dan
mengakhiri karir sebagai senior editor di perusahaan penerbit yang cukup besar di tanah air ini.
Orang
ini bagiku memiliki segudang pengalaman. Belum lagi ketika aku membuka telinga
dan mendengarkan kisah, saat beliau menjadi perwakilan bagi perusahaan untuk
menjadi delegasi dari Penerbit tersebut yang di kirim pada pameran buku
berskala Internasional di Frankfurt yang dihadiri oleh ribuan penerbit dari
berbagai belahan dunia.
Ya, saya ketemu dengan sosok ini tahun 2006, 6 tahun yang
silam. Dia yang membuat hidup seorang anak ingusan dari Bengkalis Riau ini
akhirnya berubah dari salah satu bidang. Menjadi penulis regular, yang harus bersaing dengan 200 penulis dari luar dan dalam negeri, memperebutkan posisi sebagai penulis di perusahaan itu sepertinya akan menjadi dambaan setiap orang.
akhirnya berubah dari salah satu bidang. Menjadi penulis regular, yang harus bersaing dengan 200 penulis dari luar dan dalam negeri, memperebutkan posisi sebagai penulis di perusahaan itu sepertinya akan menjadi dambaan setiap orang.
Mendapatkan keberhasilan untuk bisa dikenal tanpa harus
mengeluarkan duit sepeserpun layaknya sebagian penulis yang ingin namanya
terkenal karena masuk di penerbit ini, adalah anugrah terindah bagiku di tahun
2008. Itu kali pertamanya dalam sejarah, seorang anak muda dari Bengkalis Riau
menjadi Penulis Pertama di Penerbit terbesar di Indonesia .
Namaku Febriyo Hadikesuma, biasa di panggil Bio. Ini
kisah ku. Kisah dimana impian menjadi penulis akhirnya menjadi salah satu urat
nadiku dan membuat aku masih bisa berbagi pengalaman ke para pembaca di seluruh
Indonesia .
***
“Pak, Bapak harus berbagi ilmu dan pengalaman kepada anak
muda di Indonesia .
Mereka harus dikenalkan pada kondisi persaingan di dunia nyata ini. Kita harus
memotivasi mereka agar mereka punya tekad yang bulat dan punya sikap yang benar
saat bersaing nantinya”. Ujarku 6 tahun yang lalu kepada editor ku, akhirnya
menjadi sahabat dan kolega ku.
“Ntar Yok, aku masih banyak kerjaan… coba kamu lihat,
naskah yang udah nutupi setengah ruanganku ini, masih harus ku baca… Ntr aja
kalo udah sela”. Jawabnya.
****
Tahun 2012
“Yok, aku sekarang udah bebas. Aku udah milih jalan
seperti kamu, berbagi untuk banyak orang dan menciptakan mesin ATM, bisnis,
sendiri dengan kebebasanku” ucap editorku.
“Waaaah keren Pak, kalo begitu selamat datang di dunia
nyata” jawabku dengan antusias sambil tertawa kecil saat mendengar kabar bahwa
beliau sudah resign dari perusahaan itu.
“Ya sudah, kalo gt kita realisasian mimpi 6 tahun lalu ya
Pak, terbang ke Jogja” kataku meneruskan.
“Wah, gak bisa Yok, aku ada event untuk sharing dengan
1.000 orang… ntar aja kalo udah agak sela”. Lagi-lagi itu yang ku dengar dari
handphone ku.
***
Selang beberapa bulan
“ Pak Dwi, ini udah waktunya… poster sudah tersebar,
peserta sudah 50 orang, tempat sudah oke, tiket pesawat udah ready dan hotel
sudah tak siapin” kataku di telp saat beliau mengangkat telephonenya.
“Gila lu Yok… aku ada kerjaan nih” balas suara di ujung
telephone itu terkejut.
“Masa orang bebas masih terikat Pak… hayoolah… katanya
udah bebas, kan
udah jadi konsultan, ayo dong” balasku memanasinya sambil sesekali diselingi
tawa.
Beberapa menit kemudian aku mendengar jawaban di
telephone ku, berkata “Lu emang Gila… Oke deh, Aku berangkat” jawab beliau
dengan penuh semangat sembari membalas tawaku.
Kisah sebenarnya baru akan di mulai sobat.
***
Hari itu, 27 April 2012.
Kesekian kalinya kami bertemu. Namun untuk pertemuan ini,
bukan lagi penulis ketemu editor, melainkan seorang pengusaha sekaligus penulis
yang bertemu dengan kolega dan sahabatnya yang dulu adalah senior editor di
Perusahaan yang sudah kita bahas di awal.
“Pak, besok kita akan bicara tentang dinamika dunia tulis
menulis. Aku udah lama pengen belajar lagi dari Bapak, dan kali ini, aku
menyertakan 95 orang untuk ikut belajar” kataku di dalam mobil yang bergerak
meninggalkan bandara.
“Banyak dari mereka yang ingin menjadi penulis, banyak
dari mereka yang ragu untuk mengajukan naskah dan banyak dari mereka yang tidak
PD. Besok aku akan bicara dari sisi penulis dan Bapak dari sisi “tukang
seleksi” naskah” tambahku kepada sosok yang pernah malang melintang ikut serta
sebagai tim seleksi naskah dan mengedit banyak naskah penulis besar di
Indonesia.
Sebut saja, James Gwee, Krisdayanti, Jamil Azzaini, Jaya
Setyabudi, Adi W Gunawan, Arisandi Setiono dan masih banyak penulis lainnya
yang mempercayakan naskahnya dieditori hanya oleh beliau.
“Sip Yok…. Tapi sebelumnya, kita makan dulu ya… aku udah
lama gak ke jogja dan makan lesehan nih” jawab beliau ketika mobil mulai
memasuki batas kota Yogyakarta .
Mau tau kelanjutan dari kisah ini ?
Nantikan cerita selanjutnya, dimana beliau memberikan
beberapa tips untuk menjadi penulis. Di cerita selanjutnya, beliau juga akan
bercerita tentang kisah seorang penulis yang tidak percaya diri, namun hari ini
buku-bukunya menjadi best seller di tanah air dalam 1 minggu dari penerbitan.
Mau tau
kelanjutan dari kisah ini ?
Mari bergabung dalam Group Facebook : Komunitas Mari Menulis
Mari bergabung dalam Group Facebook : Komunitas Mari Menulis