Selasa, 14 Februari 2012

Malam Penuh Haru

Malam itu, seorang pemuda duduk diam disebuah bangku kayu, seribu bahasa sembari mengdengarkan perdebatan di dalam bathinnya. Mungkin malam itu menjadi malam yang cukup bermakna bagi sang pemuda mengingat kurang dari 2 jam lagi, ia akan memasuki usia baru dalam kehidupannya, namun terasa meresahkan.

Sejuta pertanyaan mengalir kencang melewati setiap alur nadi dan berlari saling berkejarkejaran bak sekawanan kuda yang sedang lari berpacu menjauhi sekawanan singa buas. Hanya 1 kata tersimpul dalam jiwanya, gelisah.

Tepat tengah malam nanti, ia akan merasakan
hari pergantian usia dan untuk pertama kalinya ditemani sang istri. Seorang pujangga dari timur tengah, sahabat faris afandi mungkin akan bertanya, “perihal apakah yang sedang engkau fikirkan anak muda”

Dua jam kemudian, beberapa menit menjelang pergantian usia. Ia duduk sembari menengadahkan tangan dengan mata terpejam.

“Allah, terima kasih atas apa yang Engkau berikan hari ini. Terima kasih atas segala kasih sayang yang Engkau hadirkan dalam diri kami, diri istri kami dan dalam keluarga kami. Allah, kami akan selalu menjadi makhluk lemah-Mu yang berlumuran dosa. Kami rindu akan jalan-Mu ya Tuhan, kami rindu akan pelukan kasih sayang-Mu.”

“Jika perjalanan menuju jalan lurus-Mu begitu terjal, lindungi kami dalam kasih sayang-Mu karena kami sangat lemah akan hal duniawi. Tuhan, malam ini kami kembali disadarkan pada terjalnya kehidupan. Jiwa kami adalah milik-Mu, hidup kami adalalah milik-Mu, dan apa yang kami lakukan dalam hidup adalah untuk-Mu. Izinkan kami untuk terus ada di jalan-Mu meskipun jalan ini akan terjal.”

“Bimbing kami dengan cahaya-Mu dan peluk kami dalam kasih sayang terhangat-Mu agar kami selalu terjaga untuk terus ada di jalan ini. Karena kami sadar, pengalaman hidup selama 27 tahun membuat kami mampu melihat hitam dan putih yang terkadang menggoyahkan kami. Lindungi kami wahai Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Matanya berkaca-kaca dan helaan nafas panjang itu akhirnya menutup dan mengakhiri doa yang dibisikkan kedalam relung hati sang pemuda. Terakhir sebelum ia melepaskan penat hari ini, sembari memegang sebuah catatan di samping peraduan, bathinnya berkata.

“Allah, berikanlah pahala dan kebahagiaan berlimpah, kepada mereka, sahabat hamba, yang ada, terjaga malam ini dan esok. Berikanlah mereka seberkas sinar yang mampu mengilhami kehidupan mereka untuk hari-hari esok, berikanlah sebuah pahala setimpal, untuk mereka, para sahabat yang memberikan doa ketika ulang tahun ini terjadi. Karena sesungguhnya, perhatian mereka ada karena kasih sayang dan kebenaran yang Engkau ciptakan dan hanya Engkau yang mampu mengetahui balasan setimpal untuk mereka”.

Sejenak, sang pemuda terdiam dan menatap catatan itu serta menuliskan sebuah pesan

“Terima kasih sahabat, atas ucapan dan doa yang kalian berikan.... Semoga Allah mengabulkan doa kami untukmu. Semoga cerita singkat ini membawa kenangan untuk kita”