Senin, 07 Mei 2012

Rukii, Kamu Harus Bertanggung Jawab ..

Jujur saja, aku bisa sampai hari ini karena terjebak oleh cara berpikir seorang Rukii Naraya yang akhirnya membuat diri ini betah dan menetap dalam dunia yang unik. Dunia yang melihat banyak hal dari dalam cekungan sebuah lensa dan sekali lagi entah bagian mana dari pertemuan kami yang mempunyai dosis tinggi dan akhirnya membuatku fly sampai detik ini.

Siang itu, setelah beberapa bulan lama tidak bertemu dengan sosok aneh yang membuatku terkurung dalam bundarnya lensa, kuberanikan diri untuk melakukan liputan untuk pertama kali. Liputan demonstrasi besar sepanjang jalan malioboro, dimana para buruh saling berteriak melawan panasnya siang untuk memperjuangkan hidup yang, katanya, diperah dan di cekik oleh pengusaha.

Ada ketakutan awalnya untuk turun dan meliput langsung sekerumunan orang dalam jarak dekat, namun, setelah satu dua kali petikan membuat lensaku bergetar, keberanianpun mulai muncul. Entah angin dari mana, aku terhipnotis hingga duduk ditengah jalan dan menantang segerombolan demonstran untuk masuk ke dalam dunia ku.


Siang itu matahari bersinar cukup terik sekali,
ketika semua mata terkesima dengan fenomena para demonstran yang turun ke jalan, aku melihat dengan jelas ternyata diantara mereka, ada yang tidak tahu untuk apa mereka berjuang. Sepucuk surat berisi kesimpulan sederhana melayang ke atas meja pikiran ku, apakah mereka yang ikut memperjuangkan nasib para buruh ini benar dengan sepenuh hati ataukah hanya sebagian kecil yang berhasil di provokasi.
  

Ternyata menjadi sesosok individu yang hidup dalam dunia lensa membuatku menjadi semakin nyaman. Setiap sudut berusaha ku tangkap untuk menemukan kesimpulan lainnya. Benar saja, sesaat mata cembungku berhenti disebuah becak yang bersandar di pinggir jalan. Sekali lagi, orang tua itu menjadi bagian dari cerita lensaku.


“Kenapa gak ikut kejalan pak ?” tanya ku. “Buat apa mas... kalo saya turun ke jalan emang saya mau bawa uang dari mana untuk pulang ? mending tetap kerja mas” jawab pak tua yang duduk di becak.




Ah, lagi-lagi sebuah surat berisi kesimpulan baru mendarat di pikiran ku. Sepertinya memang benar, kalau apa yang sedang ada di hadapan ku ini hanya sebuah pergolakan yang dibuat oleh sebagian orang tertentu untuk tujuan tertentu. Buktinya, bukan hanya pak tua itu yang kulihat namun juga beberapa tukang parkir dan penjual minuman pun masih bekerja.


Duniaku semakin menarik. Mata lensa ini ternyata benar-benar membuatku candu. Satu nama yang akan ku ingat untuk hari ini, Rukii Naraya, orang yang membuatku masuk dalam dunia penuh makna. “Kamu harus bertanggung jawab kalau lensaku tidak menangkap hal-hal yang menginspirasi di luar sana” ujar bathinku.