Siang itu, setelah beberapa bulan lama
tidak bertemu dengan sosok aneh yang membuatku terkurung dalam bundarnya lensa,
kuberanikan diri untuk melakukan liputan untuk pertama kali. Liputan
demonstrasi besar sepanjang jalan malioboro, dimana para buruh saling berteriak
melawan panasnya siang untuk memperjuangkan hidup yang, katanya, diperah dan di
cekik oleh pengusaha.
Ada ketakutan awalnya untuk turun dan
meliput langsung sekerumunan orang dalam jarak dekat, namun, setelah satu dua
kali petikan membuat lensaku bergetar, keberanianpun mulai muncul. Entah angin
dari mana, aku terhipnotis hingga duduk ditengah jalan dan menantang
segerombolan demonstran untuk masuk ke dalam dunia ku.
Siang itu matahari bersinar cukup terik sekali,
ketika semua mata terkesima dengan fenomena para demonstran yang turun ke jalan, aku melihat dengan jelas ternyata diantara mereka, ada yang tidak tahu untuk apa mereka berjuang. Sepucuk surat berisi kesimpulan sederhana melayang ke atas meja pikiran ku, apakah mereka yang ikut memperjuangkan nasib para buruh ini benar dengan sepenuh hati ataukah hanya sebagian kecil yang berhasil di provokasi.
Ternyata menjadi sesosok individu yang
hidup dalam dunia lensa membuatku menjadi semakin nyaman. Setiap sudut berusaha
ku tangkap untuk menemukan kesimpulan lainnya. Benar saja, sesaat mata
cembungku berhenti disebuah becak yang bersandar di pinggir jalan. Sekali lagi,
orang tua itu menjadi bagian dari cerita lensaku.
“Kenapa gak ikut kejalan pak ?” tanya ku.
“Buat apa mas... kalo saya turun ke jalan emang saya mau bawa uang dari mana
untuk pulang ? mending tetap kerja mas” jawab pak tua yang duduk di becak.
Ah, lagi-lagi sebuah surat berisi
kesimpulan baru mendarat di pikiran ku. Sepertinya memang benar, kalau apa yang
sedang ada di hadapan ku ini hanya sebuah pergolakan yang dibuat oleh sebagian
orang tertentu untuk tujuan tertentu. Buktinya, bukan hanya pak tua itu yang
kulihat namun juga beberapa tukang parkir dan penjual minuman pun masih
bekerja.
Duniaku semakin menarik. Mata lensa ini
ternyata benar-benar membuatku candu. Satu nama yang akan ku ingat untuk hari
ini, Rukii Naraya, orang yang membuatku masuk dalam dunia penuh makna. “Kamu
harus bertanggung jawab kalau lensaku tidak menangkap hal-hal yang
menginspirasi di luar sana” ujar bathinku.